Sebagai wujud implementasi dari kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang (Ministry of Internal Affairs and Communication Japan/MIC) telah menandatangani dokumen kerja sama Memorandum of Cooperation (MoC) dalam bidang pengembangan ekosistem reka cipta pada Desember 2020.
Adakan webinar bertajuk “INNO-KA (INNOvation KEDAIREKA): Building Reka Cipta Ecosystem Indonesia-Japan”, Kamis (22/4/2021). Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan ekosistem reka cipta di masing-masing negara.
Webinar tersebut turut menghadirkan pembicara Dr. Yasuko Kasai (Policy Division Global Strategy Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communication Japan), Anthony Ashurst (Business Network Promotion Office, KADOKAWA ASCII Research Labolatories, Inc.), Yuchiro Minato (Bluqat Quantum Computing, Tokyo Japan) dan Achmad Adhitya Maramis, Ph.D. (Koordinator Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta).
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof Nizam, menyampaikan terkait kebijakan Kampus Merdeka serta Kedaireka sebagai upaya membangun ekosistem reka cipta di Indonesian, serta sebagai respon terhadap revolusi industri 4.0 yang mengharuskan pendidikan menitikberatkan pada kreativitas dan penguasaan teknologi.
Lebih lanjut, Nizam menyampaikan bahwa revolusi industri 4.0 akan mengakibatkan hilangnya 23 juta pekerjaan yang digantikan mesin pada 2030. Akan tetapi di sisi lain juga memberikan peluang terciptanya pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya sebanyak 27-46 juta lapangan kerja. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan tinggi untuk mepersiapkan lulusanya yang memiliki skill yang dibutuhkan di masa depan, seperti adaptive, agile learning, self directed, entrepreneur, complex problem solver, digital literacy, multi disciplinary, serta global citizenship.
“Jika melihat tren terkini, kita dapat melihat kecenderungan generasi milenial untuk menciptakan bisnis baru yang kita kenal dengan startup. Saat ini 5 dari 10 unicorn yang ada di regional ASEAN berasal dari Indonesia yang semuanya berbasis bisnis digital. Kemampuan membangun startup ini dihasilkan para milenial yang menggabungkan konsep kearifan lokal dengan kompentensi penguasaan teknologi informasi. Namun di sisi lain, ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengakselerasikan kretivitas dengan penguasaan teknologi,” jelas Nizam.
Saat ini terdapat 4.670 perguruan tinggi di Indonesia dengan potensi mahasiswa yang luar biasa, hal ini harus terus dikembangkan agar para lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri di masa depan.
Oleh karena itu, program INNO-KA diharapkan dapat membuka wawasan tentang perkembangan inovasi terkini yang dihadapi oleh para inovator serta pelaku industri di tingkat internasional, khususnya Jepang. Serta membuka dialog dimana para inovator Indonesia dapat memberikan ide, gagasan serta solusi atas tantangan yang sedang dihadapi oleh pelaku industri di Jepang.
Rencananya, program INNO-KA akan dilaksanakan secara berkala untuk memperat ekosistem inovasi kedua negara. Kemendikbud juga menyampaikan keinginannya untuk mengundang MIC serta para inovator Jepang untuk bisa berkantor di Indonesia dalam rangka mengembangkan potensi kolaborasi pembangunan ekosistem reka cipta antara Indonesia dan Jepang. Hal ini sebagai upaya menyelaraskan pendidikan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri serta menghindari missing link yang selama ini terjadi.
Pada kesempatan yang sama, Yasuko Kasai mengatakan program ini dirancang dengan harapan menciptakan nilai destruktif dan global di bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan mendukung ide-ide teknologi ambisius yang luar biasa dengan potensi yang luar biasa pula.
“Dimana nantinya melalui program ini dengan munculnya ide-ide bersama akan menciptakan ekosistem inovatif yang berkembang. Jangan takut akan hal ini, saya percaya dengan inovasi akan mengatasi segala halangan yang kita hadapi,” jelas Yasuko.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Paristiyanti Nurwardani menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara telah menyelenggarakan kegiatan yang luar biasa.
“Kami mendengarkan berbagai informasi tentang pentingnya penciptaan ekosistem reka cipta, MIC telah berhasil melaksanakan berbagai program yang mengakomodasi berbagai talent dengan keunikannya menjadi sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja sesuai kebutuhan industri. Indonesia berkeinginan menduplikasi keberhasilan tersebut melalui Kedaireka,” terangnya menutup webinar. (*/cr2)